Oleh
Sinthiel
Ria Lakburlawal
YAYASAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMPK)
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PRODI
KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2009/2010
INFERTILITAS
A. Defenisi
Ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan selama 1
tahun hubungan seksual tanpa pelindung.
infertilitas terbagi menjadi beberapa 2 yaitu :
1. infertilitas primer.
Mengacu pada pasangan yang tidak pernah mempunyai
anak.
2. infertilitas sekunder.
setidaknya satu konsepsi telah terjadi
tetapi akhir – akhir ini pasangan tidak dapat mencapi kehamilan.
B. Etiologi
Penyebab
infertilitas dapat berasal dari pihak istri maupun suami atau kedua-duanya.
Kurang lebih 50% infertilitas disebabkan dari pihak istri, 40% dari pihak suami
dan 10% tidak terjelaskan (infertilitas idiopatik). Penyebab
infertilitas dari pihak istri biasanya adalah : tuba Falloppii tidak normal,
ovulasi tidak normal, adanya endometriosis, organ-organ reproduksi tidak normal
(vagina, serviks, korpus atau endometrium ),
masalah imunologi dan psikologi. Sedangkan penyebab pada pihak suami biasanya
adalah jumlah dan mutu sperma yang tidak normal serta masalah psikologi.
Infertilitas dapat disebabkan oleh :
Infertilitas dapat disebabkan oleh :
·
Gangguan pada hubungan seksual , dapat berupa kesalahan teknik sanggama yang menyebabkan
penetrasi tak sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus,
kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik seperti hipospadia, epispadia,
penyakit Peyronie.
·
Gangguan pada pria .
Jumlah spermatozoa dan transportasinya yang abnormal
Jumlah spermatozoa dan transportasinya yang abnormal
·
Jumlah
sperma kurang < 20 juta (oligozoospermia), gerak spermatozoa lemah
dan lambat (astenozoospermia), atau bentuk spermatozoa abnormal (teratozoospermia
), volume sperma < 2 ml, kandungan fruktosanya < 1.200 mg/ml.
·
Varikokel
·
Getah
serviks sedikit jumlah
·
Ejakulasi
membalik (retrogad )
·
Hormon
abnormal
·
Gangguan ovulasi dan hormonal lain .
Pembuahan tidak akan terjadi bila istri tidak menghasilkan sel telur (ovum) yang dapat dibuahi. Kegagalan ovulasi dapat bersifat primer yang berasal dari ovarium seperti penyakit ovarium polikistik, atau bersifat sekunder akibat kelainan pada poros hipotalamus-hipofisis.
Pembuahan tidak akan terjadi bila istri tidak menghasilkan sel telur (ovum) yang dapat dibuahi. Kegagalan ovulasi dapat bersifat primer yang berasal dari ovarium seperti penyakit ovarium polikistik, atau bersifat sekunder akibat kelainan pada poros hipotalamus-hipofisis.
·
Gangguan ovulasi hipotalamik
Kegagalan hipotalamus untuk memicu ovulasi adalah masalah gangguan ovulasi yang paling sering terjadi. Gejala-gejala klinisnya adalah amenorea atau oligomenorea, SBB abnormal, kadar LH dan FSH rendah.
Kegagalan hipotalamus untuk memicu ovulasi adalah masalah gangguan ovulasi yang paling sering terjadi. Gejala-gejala klinisnya adalah amenorea atau oligomenorea, SBB abnormal, kadar LH dan FSH rendah.
·
Penyakit ovarium polikistik
Gejalanya adalah dilihat dari gambaran USG ovarium membesar dengan banyak kista, peneraan kadar hormon FSH yang rendah, nisbah LH/FSH 2:1 atau 3:1 dan kadangkala dengan peningkatan kadar prolaktin.
Gejalanya adalah dilihat dari gambaran USG ovarium membesar dengan banyak kista, peneraan kadar hormon FSH yang rendah, nisbah LH/FSH 2:1 atau 3:1 dan kadangkala dengan peningkatan kadar prolaktin.
·
Hiperprolaktinemiaatau peningkatan kadar prolaktin serum dapat menyebabkan galaktorea dan
mengganggu fungsi ovulasi.
·
Hiperandrogenemia dengan gejala klinis peningkatan kadar androgen serum, virilisasi,
hirsutisme, gangguan haid.
·
Gangguan ovarium dini. Ovarium menghasilkan sel telur yang tidak matang.
·
Gangguan fase luteal. Ovulasi terjadi secara normal tetapi ovarium tidak menghasilkan
progesteron yang memadai untuk implantasi
·
Pemecahan kantong telur (folikel) dini sehingga menghasilkan sel telur yang tidak matang
·
Sindrom kantong telur matang tak pecah sehingga sel telur tidak dapat dikeluarkan dari
kantong telur matang.
·
Kelainan pada tempat implantasi: uterus dan endometrium. Bentuk uterus abnormal, miom (tumor jinak)
rahim, kerusakan
serviks, kelainan kongenital, endometriosis, dan perlekatan uterus.
·
Kelainan pada saluran telur (tuba Falloppii)
Hipoplasia kongenital, penempelan fimbria (ujung saluran telur), hambatan tuba karena salpingitis atau peritonitis pelvis, appendisitis, sterilisasi tuba, tuba spasme.
Hipoplasia kongenital, penempelan fimbria (ujung saluran telur), hambatan tuba karena salpingitis atau peritonitis pelvis, appendisitis, sterilisasi tuba, tuba spasme.
·
Gangguan peritoneum
Gangguan imunitas, adanya zat anti terhadap spermatozoa.
Gangguan imunitas, adanya zat anti terhadap spermatozoa.
C. Manisfestasi Klinik
1. wanita :
§ Terjadi Kelainan sistem endokrin
§ Hipomenore dan amenore
§ diikuti dengan perkembangan seks
sekunder yang tidak adekuat menunjukan masalah pada aksis ovarium hipotalamus
hipofisis atau aberasi genetic
§ wanita dengan sindrom turner biasanya
pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang, dan gonatnya abnormal
§ wanita inferteli dapat memiliki
uterus
§ Motilitas tuba dan ujung fimbrienya
dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau tumor
§ Traktus Reproduksi internal yang
abnormal
2. Pria :
§ Riwayat terpajan benda – benda mutan
yang berbahaya (panas,radiasi,rokok,narkotika,alcohol,infeksi )
§ status Gizi dan nutrisi terutama
kekurangan protein dan vitamin
§ Riwayat infeksi genitorurinaria
§ hiperteroidisme dan hipotiroid
§ Tumor hipofisis atau prolactinoma
§ Disfungsi ereksi berat
§ Ejakulasi retrograt
§ Andesensus Testis
§ Gangguan spermatogenesis
§ Hernia scotalis
C.
Patofisiologi
a. Wanita
Beberapa
penyebab dari dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak sehingga terjadi gangguan dalam folikel di
ovarium. penyebab lain yaitu radiasi toksik yang mengakibatkan gangguan pada
ovulasi. gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari
infertilitas diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak
dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. kelainan bentuk
uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walaupun sebelumnya
terjadi fertilisasi. abnormalitas ovarium. mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas
serviks mempengaruhi proses permasukan sperma. faktor lain yang mempengaruhi
infertilitas adalah aberasi genetic yang menyebabkan kromosom seks tidak
lengkap sehingga organ genetalia tidak berkembang dengan baik.
beberapa infeksi menyebabkan infertilitas
dengan menlibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma
sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi ini juga manyababkan inflamasi
berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.
b. Pria
abnormalitas
androgen dan testosterone diawali dengan disfungsi hipotalamus Yang hiposis
yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan
peran yang besaR dalam mempengaruhi infertilitas misalnya merokok, narkoba yang
berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. konsumsi alcohol
mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma.
suhu disekitar areal testis juga mampengaruhi abnormalitas spermatogenesiss.
E.
Pemeriksaan laboratorium
Pria
Analisis sperma untuk mengetahui mutu air
mani dan spermatozoanya, meliputi jumlah sperma/ml, bentuk, gerakan, jumlah dan
persentase yang hidup serta pencairan air mani.
Wanita :
a.
Pemantauan ovulasi, untuk menentukan apakah ovarium menghasilkan sel
telur yang matang.
Pemantauan
ovulasi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Riwayat siklus haid:
siklus haid yang teratur dan normal, nyeri
per-tengahan siklus, perdarahan atau peningkatan luah atau cairan va-gina (vaginal
discharge), mastalgia prahaid menandakan ovulasi telah terjadi.
2.Uji pakis:
pemeriksaan
pada hari ke-23-28 siklus haid, istri diminta datang untuk pengambilan getah
serviks dari kanal endoserviks ke-mudian dikeringkan pada gelas objek dan diperiksa
pengaruh estro-gen. Jika tidak terdapat pola daun pakis dan kristal getah
serviks berarti ovulasi telah terjadi.
3.Suhu Basal Badan (SBB):
SBB diperiksa setiap bangun pagi hari se-belum
melakukan aktivitas apapun. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika wanita
berovulasi, grafik akan memperlihatkan pola bifasik dengan tukik pada
pertengahan siklus.
4.Sitologi vagina atau sitologi
endoserviks:
memantau
perubahan pada sel-sel yang tereksfoliasi selama fase luteal (pengaruh
progesteron).
5. Biopsi endometrium
(mikrokuretase):
dapat
dilakukan secara poliklinis dengan pembiusan ringan atau tanpa pembiusan.
Dengan memakai kuret kecil. Dilakukan pada 5-7 hari sebelum hari haid
berikutnya.
6. Laparoskopi diagnostik :
melihat
secara langsung adanya bintik ovu-lasi atau korpus luteum sebagai hasil
ovulasi.
7. Peneraan hormon:
menentukan
kadar hormon dalam darah, urin mau-pun liur (saliva). Kadar normal dalam satu
siklus
:
Jenis
hormon
|
Fase
siklus haid
|
|||
Satuan
|
Praovulasi
|
Ovulasi
|
Pasca
ovulasi
|
|
FSH
|
mUI/ml
|
5-20
|
15-45
|
5-12
|
LH
|
mUI/ml
|
5-15
|
30-40
|
5-15
|
PRL
|
ng/ml
|
-
|
5-25
|
-
|
E2
|
pg/ml
|
25-75
|
200-600
|
100-300
|
P
|
ng/ml
|
<5
|
5-8
|
10-30
|
8.Histeroskopi:
dapat memperlihatkan lukisan endometrium yang
bening kekuningan, yang sesuai dengan fase luteal.
9.Ultrasonografi:
dapat
memantau perkembangan folikel dan menentukan saat ovulasi. Pemeriksaan
dilakukan secara serial.
Penilaian
rahim dan saluran telur dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Biopsi endometrium:
selain untuk
penilaian ovulasi, juga dapat untuk pemeriksaan histologik lain, misalnya
biakan terhadap tuberkulosis, menilai adanya hiperplasia endometrium. Terkadang
dijumpai adanya hiperplasia fokal meskipun siklus berovulasi berdasarkan
peneraan homon P plasma pada pertengahan fase luteal. Oleh karena itu perlu
dilakukan pemeriksan rasio P/E2 dan PRL/E2 bersamaan dengan biopsi endometrium.
2. Uji insuflasi/pertubasi:
CO2
ditiupkan melalui kanal serviks dan dibuat rekaman kymograf terhadap tekanan
uterus, perubahan tekanan ber-arti tuba Falloppii paten. Gas ini juga dapat
didengar dengan stesto-skop atau dilihat dengan sinar X.
3. Hidrotubasi:
prinsipnya
sama dengan pertubasi hanya yang diguna-kan adalah cairan yang mengandung
antibiotika Kanamycin 1 gram, deksametason 5 mg dan antipasmodik cair.
4. Histerosalpingogram:
dilakukan
pada paro-pertama siklus haid, laru-tan radioopak disuntikkan melalui kanal
serviks ke dalam rahim dan saluran telur. Perjalanan larutan tersebut dipantau
di layar dengan penguat bayangan.
5. Histeroskopi :
melihat
secara langsung keadaan permukaan endome-trium.
6. Laparoskopi :
melihat
secara langsung dan menguji patensinya de-ngan menyuntikkan larutan biru
metilen atau indigokarmin, dan de-ngan melihat pelimpahannya ke dalam rongga
peritoneal. Laparoskopi juga dapat memperlihatkan perlekatan pelvis, endometriosis, dan patologi ovarium tetapi tidak dapat menggambarkan
keadaan rongga uterus.
Ultrasonografi atau endosonografi :
menilai
bentuk, ukuran, serta patologi uterus maupun tebal endometrium.
Analisis
infeksi TORSH-KM (toksoplasma, rubella, sitomegalus, herpes sim-pleks, klamidia,
mikoplasma).
Uji
pasca-sanggama (UPS) :
untuk
melihat apakah air mani sudah memancar dengan baik ke puncak vagina selama
sanggama. UPS dilakukan 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien diminta
datang 2-8 jam setelah sangga-ma normal. Getah serviks diisap dari kanal
endoserviks dan diperiksa de-ngan mikroskop, jika terdapat 20 spermatozoa per
lapang pandang besar (LPB= x400) maka kemungkinan hamil cukup besar, antara
1-20 spermatozoa per LPB sudah memuaskan.
. Pemeriksaan
Lanjutan
Pemeriksaan endoskopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan alat teleskop (teropong) yang dimasukkan ke dalam rongga tubuh melalui saluran alami (kanal serviks: pada histeroskopi; kanal servik-rongga rahim, mulut saluran telur: pada tuboskopi/Falloposkopi), suatu pembedahan kecil (di daerah pusar atau umbilikus: pada laparoskopi; di puncak cekungan vagina belakang atau forniks posterior: pada hidrolaparoskopi). Ada 4 (empat) macam endoskopi dalam bidang ginekologi:
Pemeriksaan endoskopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan alat teleskop (teropong) yang dimasukkan ke dalam rongga tubuh melalui saluran alami (kanal serviks: pada histeroskopi; kanal servik-rongga rahim, mulut saluran telur: pada tuboskopi/Falloposkopi), suatu pembedahan kecil (di daerah pusar atau umbilikus: pada laparoskopi; di puncak cekungan vagina belakang atau forniks posterior: pada hidrolaparoskopi). Ada 4 (empat) macam endoskopi dalam bidang ginekologi:
- Histeroskopi atau teropong rongga rahim
- Laparoskopi atau teropong rongga perut
- Tuboskopi/Falloposkopi atau teropong rongga salutan telur
- Hidrolaparoskopi atau teropong rongga panggul disertai penggenangan cairan
Histeroskopi digunakan untuk melihat keadaan
saluran mulut rahim, rongga rahim, mulut dalam saluran telur, besarnya rongga
rahim, warna atau kejernihan selaput rahim, untuk membedakan polip endometrium
dan leiomiom submukosum; untuk memastikan perlekatan dalam rahim dan kelainan
bawaan dalam rahim; untuk me-ngenali kelainan-kelainan pada histerogram; serta
untuk penatalaksanaan operasi pada sekat rahim yang menyebabkan keguguran
berulang. Laparoskopi digunakan untuk melihat berbagai kelainan di dalam rongga
panggul (pelvis) atau rongga perut (abdomen) misalnya kista (tumor) indung
telur (ova-rium), tumor rahim (miom uterus), perlekatan di rongga panggul
akibat infeksi atau endometriosis, bintil-bintil (lesi) endometriosis yang
tidak terlihat dengan alat ultrasonografi, pembengkakan saluran telur
(hidrosalpinks), dan juga bebe-rapa kelainan bawaan rahim seperti rahim
dua-tanduk (uterus bikornis) atau tiadanya indung telur (agenesis ovarii).
Tuboskopi atau Falloposkopi digunakan untuk melihat bagian dalam saluran telur, baik permukaannya maupun rongganya, misalnya adakah perlekatan akibat infeksi, penyempitan bawaan, dan hilangnya bulu getar (silia) selaput lendir (mu-kosa) saluran telur.
Hidrolaparoskopi merupakan suatu teknik mutakhir untuk melihat suatu gangguan fungsi dan anatomik ujung saluran telur atau cekungan di belakang rahim (kavum Douglas), misalnya perlekatan ujung saluran telur (fimbria), endometriosis, miom uterus subserum di bagian belakang rahim atau kista ovarium.
Pemeriksaan endoskopi tidak dilakukan begitu saja pada semua wanita, melainkan harus dengan dasar yang jelas, misalnya pada wanita infertil yang telah melaku-kan pemeriksaan infertilitas dasar sebelumnya tetapi belum diketahui penyebab infertilnya, dan pada wanita yang diduga adanya endometriosis, miom, tumor atau kanker rahim.
Tuboskopi atau Falloposkopi digunakan untuk melihat bagian dalam saluran telur, baik permukaannya maupun rongganya, misalnya adakah perlekatan akibat infeksi, penyempitan bawaan, dan hilangnya bulu getar (silia) selaput lendir (mu-kosa) saluran telur.
Hidrolaparoskopi merupakan suatu teknik mutakhir untuk melihat suatu gangguan fungsi dan anatomik ujung saluran telur atau cekungan di belakang rahim (kavum Douglas), misalnya perlekatan ujung saluran telur (fimbria), endometriosis, miom uterus subserum di bagian belakang rahim atau kista ovarium.
Pemeriksaan endoskopi tidak dilakukan begitu saja pada semua wanita, melainkan harus dengan dasar yang jelas, misalnya pada wanita infertil yang telah melaku-kan pemeriksaan infertilitas dasar sebelumnya tetapi belum diketahui penyebab infertilnya, dan pada wanita yang diduga adanya endometriosis, miom, tumor atau kanker rahim.
f. Penatalaksanaan
Sekitar 50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini memberikan rasa optimistik baik bagi dokter maupun pasiennya. Tindakan-tindakan diagnostik seringkali pula merupakan rangsangan pengobatan, misalnya pemeriksaan vaginal dan sondase uterus dapat menaikkan laju kehamilan sebesar 10-15%. Uji patensi tuba bersama dengan dilatasi dan kuretase ternyata dapat menggandakan laju pembuahan.
Setiap kelainan yang ditemui selama pemeriksaan selalu perlu diobati. Beberapa jenis pengobatan berdasarkan sebab-sebab infertilitas dapat dilihat sebagai berikut:
|
Penyebab
infertilitas
|
Jenis
pengobatan
|
Suami
|
Hidrokel
|
Aspirasi
atau eksisi
|
Varikokel
|
Ligasi
|
|
Bendungan
vasa atau epididimis
|
Operasi
pintas
|
|
Oligozoospermia
|
FSH dan
hCG, FIV dengan SSIS
|
|
Gangguan spermatogenesis
|
Hindari
berendam air panas dan pemakaian celana ketat
|
|
Istri
|
Tuberkulosis
|
Tuberkulostatika
|
Endometriosis
|
Operasi,
koagulasi listrik atau laser, progesteron, danazol, medroksiprogesteron
asetat, dehidroretroprogesteron, antiprogestin, anastrosol
|
|
Miom
uterus operable
|
Operasi
konservatif
|
|
Spasme
tuba
|
Hiosin
amilnitrit, triemonium
|
|
Obstruksi
tuba
|
Operasi
rekonstruksi, FIV
|
|
Gangguan
ovulasi
|
Pemicuan
ovulasi (klomifen sitrat, epimestrol, tamoksifen, siklofenil, metformin,
pioglutazon, hMG/hCG, FSH-murni, GnRH); pelubangan (drilling) ovarium
|
|
Keduanya
|
Idiopatik
|
Inseminasi buatan, TAGIT, TAPIT, TAZIT, FIV, SSIS, Adopsi
|
Pengobatan rekayasa reproduksi
Apabila setelah pemeriksaan dan pengobatan infertilitas masih belum berhasil juga. Pasangan infertil bisa mengambil jalan adopsi atau melakukan rekayasa reproduksi yang merupakan pemecahan terakhir dari penanganan pasangan infertil. Beberapa macam rekayasa reproduksi adalah :
- Inseminasi buatan: penaburan spermatozoa suami ke dalam saluran reproduksi istri. Ada 5 macam inseminasi yaitu:
- Inseminasi intravaginal: spermatozoa disebarkan ke dalam liang vagina.
- Inseminasi paraservikal: spermatozoa ditaburkan ke dalam puncak kubah vagina yang disebut forniks. Bagian ini mengelilingi leher rahim sehingga sangat dekat dengan mulut luar rahim (ostium uteri eksternum).
- Inseminasi intraservikal: spermatozoa dimasukkan melalui mulut luar rahim dan ditempatkan di saluran leher rahim (kanal serviks).
- Inseminasi intrauterin: spermatozoa yang sudah terpilih dan tersaring dimasukkan melalui mulut luar rahim dan ditempatkan jauh ke dalam, sehingga berada di dalam rongga rahim dekat dengan mulut dalam saluran telur (ostium tuba internum).
- Inseminasi intraperitoneal: spermatozoa yang sudah terpilih dan tersaring dimasukkan melalui tembusan di puncak kubah vagina langsung ke dalam rongga perut (rongga peritoneum).
- Tandur-alih gamet intra-tuba (TAGIT), yaitu pemindahan benih (sel telur dan spermatozoa) ke dalam saluran telur melalui laparoskopi.
- Tandur-alih pronuklei intra-tuba (TAPIT), yaitu pembuahan di luar tubuh (ekstrakorporal) dengan pemindahan pronuklei ke dalam saluran telur melalui laparoskopi.
- Tandur-alih zigot intra-tuba (TAZIT), yaitu pembuahan di luar tubuh dengan pemindahan hasil pembuahan (zigot) ke dalam saluran telur melalui laparoskopi.
- Fertilisasi in vitro (FIV) atau bayi tabung, yaitu pembuahan di luar tubuh dengan penandur-alihan embrio ke selaput permukaan dalam rongga rahim dengan bantuan kanula kecil melalui saluran leher rahim
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Infertilitas
1. Pengkajian
A.
Identita Klien
Termaksuk
data etnis, budaya dan agama
B.
Riwayat Kesehatan
1.
wanita
a.
Riwayat Kesehatan Dahulu
§ Riwayat terpajan benda mutan yang
membahayakan reproduksi
§ Riwayat infeksi genitorurinaria
§ hipotiroidisme dan hipotiroid
§ infeeksi bakteri dan virus
§ tumor hipofisi atau prolaktioma
§ riwayat penyakit menular seksual
§ Riwayat kista
b. Riwayat KEsehatan Sekarang
§ Endometriosis dan endometris
§ Vaginismus
§ Gangguan ovulasi
§ Abnormalitas tuba
falopi,ovarium,uterus dan serviks
§ autoimun
c. Riwayat Kesehatan keluarga
Memiliki
riwayat saudara/ keluarga dengan aberasi genetic
d.
Riwayat Obstertri
§ tidak hamil dan melahirkan selama
satu tahun tanpa alat kontrasepsi
§ mangalami aborsi berulang
2. Pria
a.
Riwayat Kesehatan Dahulu
§ Riwayat terpajan benda mutan yang
membahayakan reproduksi
§ status gizi dan nutrisi terutama
kekuranngan protein dan vitamin
§ hipotiroidisme dan hipotiroid
§ tumor hipofisi atau prolaktioma
§ Trauma, kecelakaan hingga testis
rusak
§ konsumsi obat – obat yang mengganggu
spermatogenesis
§ pernah menjalankan operasi yang
berefek mengganggu orga reproduksi
§ riwayat vaksetomi
b. Riwayat KEsehatan Sekarang
§ Disfungsi ereksi berat
§ Ejakulasi retrograt
§ Hypo/epispadia
§ Mikropenis
§ Andessensus testis
§ saluran sperma yang tersumbat
§ hernia scrotalis
§ Varikhokel
§ abnoralitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan keluarga
Memiliki
riwayat saudara/ keluarga dengan aberasi genetic
C. Pemeriksaan Fisik
Terdapat
barbagai kelainan pada organ genetal pria maupun wanita
D. Pemeriksaan Penunjang
·
. Riwayat siklus haid
·
Uji
pakis:
·
DIagnosa Keperawatan
1. Anisietas berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostik
2. Gangguan konsep diri harga diri
rendah sehubungan dengan fertilitas
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan
koping individu/ keluarga berhubungan dengan metode yang di gunakan dalam
invetigasi gangguan fertilitas
4. perubahan proses keluarga berhubungan
dengan harapan tidak terpenuhi hamil
5. berduka dan antisipasi berhubungan prognosis
yang buruk
6. nyeri Akut berhubungan dengan efek
tes diagnostik
7. resiko tinggi isolasisosial
berhubungan dengan kerusakan fertilitas, invetigasinya, dan penatalaksanaannya
Tabel Asuhan
Keperawatan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Anisietas berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostik
|
· Menguraangi anisietas
|
· Kaji Tingkat Kecemasan Klien
·
Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap
diagnosa tingkatkan ekspresi perasaan
dan takut ( menolak dan marah ) biarkan pasien/ orang terdekat mengetahui ini
sebagai reaksi normal
·
Kalaborasi dengan dokter untuk
pemberian sedatife tranquilizer
|
·
agar mengetahui tingakat kecemasaan klien
· Perasaan tidak diekspresikan dapat
menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri
· untuk membantu Klien rilekx sampai
secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat
|
2
|
Gangguan konsep diri harga diri
rendah sehubungan dengan fertilitas
|
Agar klien dapat memfasilitasi integritas diri konsep
pribadi dan perubahan gambaran iri
|
· Tanyakan dengan nama apa pasien di panggil
· identifikasi orang terdekat dari
siapa klien memperoleh kenyamanan dan siapa yang harus membritahukan jika
terjadi keadaan bahaya
· Dengarkan dengan aktif masalah
dan ketakutan klien menyampaikan
perhatian dan dapat dengan lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan
masalah serta strategi koping klien dan seberapa efektif
|
· menunjukan kesopan santunan
penghargaan dan pengakuan personal
· Memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus, untuk
mengunjungi atau untuk tetap dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi
klien
· Dorongan menggungkapkan perasaan,
menerima apa yang dikatakanya membantu klien untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi anisietas mengenai
perubahan fungsi atau gaya hidup
|
3
|
Resiko tinggi terhadap kerusakan
koping individu/ keluarga berhubungan dengan metode yang di gunakan dalam
invetigasi gangguan fertilitas
|
Mendorong kemampuan koping yang efektif dari
pasien / keluarga
|
· Kaji keefektifan strategi koping
dengan mengobservasi perilaku,misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan
perhatian, keinginan berpasitipasi dalam rencana pengobatan
· Bantu klien untuk mengidentifikasi
stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
· libatkan pasien dalam perencanaan
perawatan dan beri dorongan parsitipasi maksimal dalam rencana pengobatan
· Dorong klien untuk mengevaluasi
prioritas / tujuan hidup
· Bantu klien untuk mengidentifikasi
dan mulai merencanakan perubahan hidup yang pelu, bantu untuk menyesuaikan di
bandingkan membatalkan tujuan dari keluarga.
|
·
mekanisme adatif perlu untuk mengubah pola hidup klien, dan mennngintegrasikan terapi yang di
haruskan kedalam kehidupan sehari –
hari
·
pengenalan terhadap stressor aadalah langkah pertama dalam mengubah
respons seseorang terhadap stressor
·
keterlibatan memberikan klien perasaan control diri yang berkelanjutan,
memperbaiki ketrampilan koping dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen
teraupetik
·
fokus perhatian klien pada realitas situasi yang ada relatif terhadap
pandangan klien tentang apa yang diinginkan
·
Perubahan yang perlu harus diperioritaskan secara realistic untuk
menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya
|
4
|
berduka dan antisipasi berhubungan
prognosis yang buruk
|
Klien dapat menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan
rasaberduka dan harapan untuk masa depan
|
· Berikan lingkungan yang terbuka
dimana klien merasa babas untuk dapat mendiskusikan perasaan dan masalah
secara realitas
· Kaloborasi dengan Dokter untuk
merujuk sumber – sumber lainya misalnya : konseling dan psikoterapi
|
· Kemampuan komunikasi terauputik
seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman dapat
memberikan klien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan berhadapan
dengan perasaan.
· Agar klien dapat mengatasi rasa
berduka dan dapat membuat rencana, dan menghadapi masa depan...
|
5
|
nyeri Akut berhubungan dengan efek
tes diagnostik
|
Nyeri dapat teratasi
|
·
catat lokasi, Lamanya intersitas nyeri
·
Berikan tindakan relaksasi, contahnya pijatan d lingkungan yang baik
untuk istirahat
|
·
agar Dapat mengetahui tingkat nyeri
yang dirasakan klien
·
Tindakan relaksasi dapat menurunkan tegangan otot dan meningkatkan
koping efektif
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar