Rabu, 01 Februari 2012

Infertilitas




Oleh

                          Sinthiel Ria Lakburlawal

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMPK)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PRODI KEPERAWATAN
TAHUN  AKADEMIK 2009/2010
INFERTILITAS

A. Defenisi
      Ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan selama 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung.
       infertilitas terbagi  menjadi beberapa 2 yaitu :
       1. infertilitas primer.
            Mengacu  pada pasangan yang tidak pernah mempunyai anak.
       2. infertilitas sekunder.
      setidaknya satu konsepsi telah terjadi tetapi akhir – akhir ini pasangan tidak dapat mencapi kehamilan.

B.  Etiologi
Penyebab infertilitas dapat berasal dari pihak istri maupun suami atau kedua-duanya. Kurang lebih 50% infertilitas disebabkan dari pihak istri, 40% dari pihak suami dan 10% tidak terjelaskan (infertilitas idiopatik). Penyebab infertilitas dari pihak istri biasanya adalah : tuba Falloppii tidak normal, ovulasi tidak normal, adanya endometriosis, organ-organ reproduksi tidak normal (vagina, serviks, korpus atau endometrium ), masalah imunologi dan psikologi. Sedangkan penyebab pada pihak suami biasanya adalah jumlah dan mutu sperma yang tidak normal serta masalah psikologi.
Infertilitas dapat disebabkan oleh :
·         Gangguan pada hubungan seksual , dapat berupa kesalahan teknik sanggama yang menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
·         Gangguan pada pria .
Jumlah spermatozoa dan transportasinya yang abnormal
·         Jumlah sperma kurang < 20 juta (oligozoospermia), gerak spermatozoa lemah dan lambat (astenozoospermia), atau bentuk spermatozoa abnormal (teratozoospermia ), volume sperma < 2 ml, kandungan fruktosanya < 1.200 mg/ml.
·         Varikokel
·         Getah serviks sedikit jumlah
·         Ejakulasi membalik (retrogad )
·         Hormon abnormal
·         Gangguan ovulasi dan hormonal lain .
Pembuahan tidak akan terjadi bila istri tidak menghasilkan sel telur (ovum) yang dapat dibuahi. Kegagalan ovulasi dapat bersifat primer yang berasal dari ovarium seperti penyakit ovarium polikistik, atau bersifat sekunder akibat kelainan pada poros hipotalamus-hipofisis.
·         Gangguan ovulasi hipotalamik
Kegagalan hipotalamus untuk memicu ovulasi adalah masalah gangguan ovulasi yang paling sering terjadi. Gejala-gejala klinisnya adalah amenorea atau oligomenorea, SBB abnormal, kadar LH dan FSH rendah.
·         Penyakit ovarium polikistik
Gejalanya adalah dilihat dari gambaran USG ovarium membesar dengan banyak kista, peneraan kadar hormon FSH yang rendah, nisbah LH/FSH 2:1 atau 3:1 dan kadangkala dengan peningkatan kadar prolaktin.
·         Hiperprolaktinemiaatau peningkatan kadar prolaktin serum dapat menyebabkan galaktorea dan mengganggu fungsi ovulasi.
·         Hiperandrogenemia dengan gejala klinis peningkatan kadar androgen serum, virilisasi, hirsutisme, gangguan haid.
·         Gangguan ovarium dini. Ovarium menghasilkan sel telur yang tidak matang.
·         Gangguan fase luteal. Ovulasi terjadi secara normal tetapi ovarium tidak menghasilkan progesteron yang memadai untuk implantasi
·         Pemecahan kantong telur (folikel) dini sehingga menghasilkan sel telur yang tidak matang
·         Sindrom kantong telur matang tak pecah sehingga sel telur tidak dapat dikeluarkan dari kantong telur matang.
·         Endometriosis
Terutama pada endometriosis derajat sedang dan berat dapat mengganggu fertilitas.
·         Infeksi TORSH-KM (toksoplasma, rubella, sitomegalus, herpes simpleks, klamidia, mikoplasma)
·         Kelainan pada tempat implantasi: uterus dan endometrium. Bentuk uterus abnormal, miom (tumor jinak) rahim, kerusakan serviks, kelainan kongenital, endometriosis, dan perlekatan uterus.
·         Kelainan pada saluran telur (tuba Falloppii)
Hipoplasia kongenital, penempelan fimbria (ujung saluran telur), hambatan tuba karena salpingitis atau peritonitis pelvis, appendisitis, sterilisasi tuba, tuba spasme.
·         Gangguan peritoneum
Gangguan imunitas, adanya zat anti terhadap spermatozoa.

C.  Manisfestasi Klinik
1. wanita :
§  Terjadi Kelainan sistem endokrin
§  Hipomenore dan amenore
§  diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetic
§  wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang, dan gonatnya abnormal
§  wanita inferteli dapat memiliki uterus
§  Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau tumor
§  Traktus Reproduksi internal yang abnormal
2. Pria :
§  Riwayat terpajan benda – benda mutan yang berbahaya (panas,radiasi,rokok,narkotika,alcohol,infeksi )
§  status Gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
§  Riwayat  infeksi genitorurinaria
§  hiperteroidisme dan hipotiroid
§  Tumor hipofisis atau prolactinoma
§  Disfungsi ereksi berat
§  Ejakulasi retrograt
§  Andesensus Testis
§  Gangguan spermatogenesis
§  Hernia scotalis



    
C.  Patofisiologi

  a. Wanita
            Beberapa penyebab dari dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak  sehingga terjadi gangguan dalam folikel di ovarium. penyebab lain yaitu radiasi toksik yang mengakibatkan gangguan pada ovulasi. gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walaupun sebelumnya terjadi fertilisasi. abnormalitas ovarium. mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas serviks mempengaruhi proses permasukan sperma. faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetic yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genetalia tidak berkembang dengan baik.
beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan menlibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi ini juga manyababkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan  implantasi zigot yang berujung pada abortus.
b. Pria
            abnormalitas androgen dan testosterone diawali dengan disfungsi hipotalamus Yang hiposis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besaR dalam mempengaruhi infertilitas misalnya merokok, narkoba yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. konsumsi alcohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. suhu disekitar areal testis juga mampengaruhi abnormalitas spermatogenesiss.





E.  Pemeriksaan laboratorium
Pria  
Analisis sperma untuk mengetahui mutu air mani dan spermatozoanya, meliputi jumlah sperma/ml, bentuk, gerakan, jumlah dan persentase yang hidup serta pencairan air mani.
Wanita :
 a.  Pemantauan ovulasi, untuk menentukan apakah ovarium menghasilkan sel telur yang matang.
Pemantauan ovulasi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Riwayat siklus haid:
 siklus haid yang teratur dan normal, nyeri per-tengahan siklus, perdarahan atau peningkatan luah atau cairan va-gina (vaginal discharge), mastalgia prahaid menandakan ovulasi telah terjadi.
2.Uji pakis:
pemeriksaan pada hari ke-23-28 siklus haid, istri diminta datang untuk pengambilan getah serviks dari kanal endoserviks ke-mudian dikeringkan pada gelas objek dan diperiksa pengaruh estro-gen. Jika tidak terdapat pola daun pakis dan kristal getah serviks berarti ovulasi telah terjadi.
3.Suhu Basal Badan (SBB):
 SBB diperiksa setiap bangun pagi hari se-belum melakukan aktivitas apapun. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika wanita berovulasi, grafik akan memperlihatkan pola bifasik dengan tukik pada pertengahan siklus.
4.Sitologi vagina atau sitologi endoserviks:
memantau perubahan pada sel-sel yang tereksfoliasi selama fase luteal (pengaruh progesteron).
5. Biopsi endometrium (mikrokuretase):
dapat dilakukan secara poliklinis dengan pembiusan ringan atau tanpa pembiusan. Dengan memakai kuret kecil. Dilakukan pada 5-7 hari sebelum hari haid berikutnya.
6. Laparoskopi diagnostik :
melihat secara langsung adanya bintik ovu-lasi atau korpus luteum sebagai hasil ovulasi.
7. Peneraan hormon:
menentukan kadar hormon dalam darah, urin mau-pun liur (saliva). Kadar normal dalam satu siklus :



Jenis hormon
Fase siklus haid

Satuan
Praovulasi
Ovulasi
Pasca ovulasi

FSH
mUI/ml
5-20
15-45
5-12
LH
mUI/ml
5-15
30-40
5-15
PRL
ng/ml
-
5-25
-
E2
pg/ml
25-75
200-600
100-300
P
ng/ml
<5
5-8
10-30
8.Histeroskopi:
 dapat memperlihatkan lukisan endometrium yang bening kekuningan, yang sesuai dengan fase luteal.
9.Ultrasonografi:
dapat memantau perkembangan folikel dan menentukan saat ovulasi. Pemeriksaan dilakukan secara serial.

Penilaian rahim dan saluran telur dapat dilakukan dengan beberapa cara :

1. Biopsi endometrium:
selain untuk penilaian ovulasi, juga dapat untuk pemeriksaan histologik lain, misalnya biakan terhadap tuberkulosis, menilai adanya hiperplasia endometrium. Terkadang dijumpai adanya hiperplasia fokal meskipun siklus berovulasi berdasarkan peneraan homon P plasma pada pertengahan fase luteal. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksan rasio P/E2 dan PRL/E2 bersamaan dengan biopsi endometrium.
2. Uji insuflasi/pertubasi:
CO2 ditiupkan melalui kanal serviks dan dibuat rekaman kymograf terhadap tekanan uterus, perubahan tekanan ber-arti tuba Falloppii paten. Gas ini juga dapat didengar dengan stesto-skop atau dilihat dengan sinar X.
3. Hidrotubasi:
prinsipnya sama dengan pertubasi hanya yang diguna-kan adalah cairan yang mengandung antibiotika Kanamycin 1 gram, deksametason 5 mg dan antipasmodik cair.
4. Histerosalpingogram:
dilakukan pada paro-pertama siklus haid, laru-tan radioopak disuntikkan melalui kanal serviks ke dalam rahim dan saluran telur. Perjalanan larutan tersebut dipantau di layar dengan penguat bayangan.
5. Histeroskopi :
melihat secara langsung keadaan permukaan endome-trium.
6. Laparoskopi :
melihat secara langsung dan menguji patensinya de-ngan menyuntikkan larutan biru metilen atau indigokarmin, dan de-ngan melihat pelimpahannya ke dalam rongga peritoneal. Laparoskopi juga dapat memperlihatkan perlekatan pelvis, endometriosis, dan patologi ovarium tetapi tidak dapat menggambarkan keadaan rongga uterus.
 Ultrasonografi atau endosonografi :
menilai bentuk, ukuran, serta patologi uterus maupun tebal endometrium.
Analisis infeksi TORSH-KM (toksoplasma, rubella, sitomegalus, herpes sim-pleks, klamidia, mikoplasma).
Uji pasca-sanggama (UPS) :
untuk melihat apakah air mani sudah memancar dengan baik ke puncak vagina selama sanggama. UPS dilakukan 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien diminta datang 2-8 jam setelah sangga-ma normal. Getah serviks diisap dari kanal endoserviks dan diperiksa de-ngan mikroskop, jika terdapat 20 spermatozoa per lapang pandang besar (LPB= x400) maka kemungkinan hamil cukup besar, antara 1-20 spermatozoa per LPB sudah memuaskan.

. Pemeriksaan Lanjutan

Pemeriksaan endoskopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan alat teleskop (teropong) yang dimasukkan ke dalam rongga tubuh melalui saluran alami (kanal serviks: pada histeroskopi; kanal servik-rongga rahim, mulut saluran telur: pada tuboskopi/Falloposkopi), suatu pembedahan kecil (di daerah pusar atau umbilikus: pada laparoskopi; di puncak cekungan vagina belakang atau forniks posterior: pada hidrolaparoskopi). Ada 4 (empat) macam endoskopi dalam bidang ginekologi:
    1. Histeroskopi atau teropong rongga rahim
    2. Laparoskopi atau teropong rongga perut
    3. Tuboskopi/Falloposkopi atau teropong rongga salutan telur
    4. Hidrolaparoskopi atau teropong rongga panggul disertai penggenangan cairan
Histeroskopi digunakan untuk melihat keadaan saluran mulut rahim, rongga rahim, mulut dalam saluran telur, besarnya rongga rahim, warna atau kejernihan selaput rahim, untuk membedakan polip endometrium dan leiomiom submukosum; untuk memastikan perlekatan dalam rahim dan kelainan bawaan dalam rahim; untuk me-ngenali kelainan-kelainan pada histerogram; serta untuk penatalaksanaan operasi pada sekat rahim yang menyebabkan keguguran berulang. Laparoskopi digunakan untuk melihat berbagai kelainan di dalam rongga panggul (pelvis) atau rongga perut (abdomen) misalnya kista (tumor) indung telur (ova-rium), tumor rahim (miom uterus), perlekatan di rongga panggul akibat infeksi atau endometriosis, bintil-bintil (lesi) endometriosis yang tidak terlihat dengan alat ultrasonografi, pembengkakan saluran telur (hidrosalpinks), dan juga bebe-rapa kelainan bawaan rahim seperti rahim dua-tanduk (uterus bikornis) atau tiadanya indung telur (agenesis ovarii).
Tuboskopi atau Falloposkopi digunakan untuk melihat bagian dalam saluran telur, baik permukaannya maupun rongganya, misalnya adakah perlekatan akibat infeksi, penyempitan bawaan, dan hilangnya bulu getar (silia) selaput lendir (mu-kosa) saluran telur.
Hidrolaparoskopi merupakan suatu teknik mutakhir untuk melihat suatu gangguan fungsi dan anatomik ujung saluran telur atau cekungan di belakang rahim (kavum Douglas), misalnya perlekatan ujung saluran telur (fimbria), endometriosis, miom uterus subserum di bagian belakang rahim atau kista ovarium.
Pemeriksaan endoskopi tidak dilakukan begitu saja pada semua wanita, melainkan harus dengan dasar yang jelas, misalnya pada wanita infertil yang telah melaku-kan pemeriksaan infertilitas dasar sebelumnya tetapi belum diketahui penyebab infertilnya, dan pada wanita yang diduga adanya endometriosis, miom, tumor atau kanker rahim.




f. Penatalaksanaan
             
Sekitar 50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini memberikan rasa optimistik baik bagi dokter maupun pasiennya. Tindakan-tindakan diagnostik seringkali pula merupakan rangsangan pengobatan, misalnya pemeriksaan vaginal dan sondase uterus dapat menaikkan laju kehamilan sebesar 10-15%. Uji patensi tuba bersama dengan dilatasi dan kuretase ternyata dapat menggandakan laju pembuahan.
Setiap kelainan yang ditemui selama pemeriksaan selalu perlu diobati. Beberapa jenis pengobatan berdasarkan sebab-sebab infertilitas dapat dilihat sebagai berikut
:

Penyebab infertilitas
Jenis pengobatan
Suami
Hidrokel
Aspirasi atau eksisi
Varikokel
Ligasi

Bendungan vasa atau epididimis
Operasi pintas

Oligozoospermia
FSH dan hCG, FIV dengan SSIS

Gangguan spermatogenesis
Hindari berendam air panas dan pemakaian celana ketat

Istri
Tuberkulosis
Tuberkulostatika
Endometriosis
Operasi, koagulasi listrik atau laser, progesteron, danazol, medroksiprogesteron asetat, dehidroretroprogesteron, antiprogestin, anastrosol

Miom uterus operable
Operasi konservatif

Spasme tuba
Hiosin amilnitrit, triemonium

Obstruksi tuba
Operasi rekonstruksi, FIV

Gangguan ovulasi
Pemicuan ovulasi (klomifen sitrat, epimestrol, tamoksifen, siklofenil, metformin, pioglutazon, hMG/hCG, FSH-murni, GnRH); pelubangan (drilling) ovarium

Keduanya
Idiopatik
Inseminasi buatan, TAGIT, TAPIT, TAZIT, FIV, SSIS, Adopsi



Pengobatan rekayasa reproduksi

Apabila setelah pemeriksaan dan pengobatan infertilitas masih belum berhasil juga. Pasangan infertil bisa mengambil jalan adopsi atau melakukan rekayasa reproduksi yang merupakan pemecahan terakhir dari penanganan pasangan infertil. Beberapa macam rekayasa reproduksi adalah :
    1. Inseminasi buatan: penaburan spermatozoa suami ke dalam saluran reproduksi istri. Ada 5 macam inseminasi yaitu:
      1. Inseminasi intravaginal: spermatozoa disebarkan ke dalam liang vagina.
      2. Inseminasi paraservikal: spermatozoa ditaburkan ke dalam puncak kubah vagina yang disebut forniks. Bagian ini mengelilingi leher rahim sehingga sangat dekat dengan mulut luar rahim (ostium uteri eksternum).
      3. Inseminasi intraservikal: spermatozoa dimasukkan melalui mulut luar rahim dan ditempatkan di saluran leher rahim (kanal serviks).
      4. Inseminasi intrauterin: spermatozoa yang sudah terpilih dan tersaring dimasukkan melalui mulut luar rahim dan ditempatkan jauh ke dalam, sehingga berada di dalam rongga rahim dekat dengan mulut dalam saluran telur (ostium tuba internum).
      5. Inseminasi intraperitoneal: spermatozoa yang sudah terpilih dan tersaring dimasukkan melalui tembusan di puncak kubah vagina langsung ke dalam rongga perut (rongga peritoneum).
    2. Tandur-alih gamet intra-tuba (TAGIT), yaitu pemindahan benih (sel telur dan spermatozoa) ke dalam saluran telur melalui laparoskopi.
    3. Tandur-alih pronuklei intra-tuba (TAPIT), yaitu pembuahan di luar tubuh (ekstrakorporal) dengan pemindahan pronuklei ke dalam saluran telur melalui laparoskopi.
    4. Tandur-alih zigot intra-tuba (TAZIT), yaitu pembuahan di luar tubuh dengan pemindahan hasil pembuahan (zigot) ke dalam saluran telur melalui laparoskopi.
    5. Fertilisasi in vitro (FIV) atau bayi tabung, yaitu pembuahan di luar tubuh dengan penandur-alihan embrio ke selaput permukaan dalam rongga rahim dengan bantuan kanula kecil melalui saluran leher rahim















Asuhan Keperawatan Klien Dengan Infertilitas
1. Pengkajian
     A. Identita Klien
            Termaksuk data etnis, budaya dan agama
     B. Riwayat Kesehatan
            1. wanita
            a. Riwayat Kesehatan Dahulu
§  Riwayat terpajan benda mutan yang membahayakan reproduksi
§  Riwayat infeksi genitorurinaria
§  hipotiroidisme dan hipotiroid
§  infeeksi bakteri dan virus
§  tumor hipofisi atau prolaktioma
§  riwayat penyakit menular seksual
§  Riwayat kista
b. Riwayat KEsehatan Sekarang
§  Endometriosis dan endometris
§  Vaginismus
§  Gangguan ovulasi
§  Abnormalitas tuba falopi,ovarium,uterus dan serviks
§  autoimun

c. Riwayat Kesehatan keluarga
           Memiliki riwayat saudara/ keluarga dengan aberasi genetic

d.  Riwayat Obstertri
§  tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
§  mangalami aborsi berulang


2. Pria
      a. Riwayat Kesehatan Dahulu
§  Riwayat terpajan benda mutan yang membahayakan reproduksi
§  status gizi dan nutrisi terutama kekuranngan protein dan vitamin
§  hipotiroidisme dan hipotiroid
§  tumor hipofisi atau prolaktioma
§  Trauma, kecelakaan hingga testis rusak
§  konsumsi obat – obat yang mengganggu spermatogenesis
§  pernah menjalankan operasi yang berefek mengganggu orga reproduksi
§  riwayat vaksetomi

b. Riwayat KEsehatan Sekarang
§  Disfungsi ereksi berat
§  Ejakulasi retrograt
§  Hypo/epispadia
§  Mikropenis
§  Andessensus testis
§  saluran sperma yang tersumbat
§  hernia scrotalis
§  Varikhokel
§  abnoralitas cairan semen

c. Riwayat Kesehatan keluarga
           Memiliki riwayat saudara/ keluarga dengan aberasi genetic

C. Pemeriksaan Fisik
           Terdapat barbagai kelainan pada organ genetal pria maupun wanita

D. Pemeriksaan Penunjang
·         . Riwayat siklus haid
·         Uji pakis:
·          
                                  






DIagnosa Keperawatan
1.     Anisietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostik
2.     Gangguan konsep diri harga diri rendah sehubungan dengan fertilitas
3.     Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu/ keluarga berhubungan dengan metode yang di gunakan dalam invetigasi gangguan fertilitas
4.     perubahan proses keluarga berhubungan dengan harapan tidak  terpenuhi hamil
5.      berduka dan antisipasi berhubungan prognosis yang buruk
6.     nyeri Akut berhubungan dengan efek tes diagnostik
7.     resiko tinggi isolasisosial berhubungan dengan kerusakan fertilitas, invetigasinya, dan penatalaksanaannya



        









                                  Tabel Asuhan Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Anisietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostik

·      Menguraangi anisietas
·      Kaji Tingkat Kecemasan Klien


·         Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosa  tingkatkan ekspresi perasaan dan takut ( menolak dan marah ) biarkan pasien/ orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi normal
·         Kalaborasi dengan  dokter untuk pemberian sedatife tranquilizer
·         agar mengetahui tingakat kecemasaan klien

·      Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri




·      untuk membantu Klien rilekx sampai secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat

2
Gangguan konsep diri harga diri rendah sehubungan dengan fertilitas

Agar klien dapat memfasilitasi integritas diri konsep pribadi dan perubahan gambaran iri
·      Tanyakan dengan nama apa pasien di panggil


·      identifikasi orang terdekat dari siapa klien memperoleh kenyamanan dan siapa yang harus membritahukan jika terjadi keadaan bahaya



·      Dengarkan dengan aktif masalah dan  ketakutan klien menyampaikan perhatian dan dapat dengan lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta strategi koping klien dan seberapa efektif
·      menunjukan kesopan santunan penghargaan dan pengakuan personal

·      Memungkinkan privasi  untuk hubungan personal khusus, untuk mengunjungi atau untuk tetap dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi klien

·      Dorongan menggungkapkan perasaan, menerima apa yang dikatakanya membantu klien untuk  memulai menerima  perubahan dan mengurangi anisietas mengenai perubahan fungsi atau gaya hidup

3
Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu/ keluarga berhubungan dengan metode yang di gunakan dalam invetigasi gangguan fertilitas

 Mendorong kemampuan koping yang efektif dari pasien / keluarga
·      Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpasitipasi dalam rencana pengobatan

·      Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya



·      libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan parsitipasi maksimal dalam rencana pengobatan




·      Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup



·      Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang pelu, bantu untuk menyesuaikan di bandingkan membatalkan tujuan dari keluarga.

·         mekanisme adatif perlu untuk mengubah pola hidup klien,  dan mennngintegrasikan terapi yang di haruskan  kedalam kehidupan sehari – hari

·         pengenalan terhadap stressor aadalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor

·         keterlibatan memberikan klien perasaan control diri yang berkelanjutan, memperbaiki ketrampilan koping dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen teraupetik

·         fokus perhatian klien pada realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan

·         Perubahan yang perlu harus diperioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya
4
berduka dan antisipasi berhubungan prognosis yang buruk

Klien dapat menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasaberduka dan harapan untuk masa depan
·      Berikan lingkungan yang terbuka dimana klien merasa babas untuk dapat mendiskusikan perasaan dan masalah secara realitas





·      Kaloborasi dengan Dokter untuk merujuk sumber – sumber lainya misalnya : konseling dan psikoterapi

·     Kemampuan komunikasi terauputik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman dapat memberikan klien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan berhadapan dengan  perasaan.


·     Agar klien dapat mengatasi rasa berduka dan dapat membuat rencana, dan menghadapi masa depan...




5
nyeri Akut berhubungan dengan efek tes diagnostik

Nyeri dapat teratasi
·         catat lokasi, Lamanya intersitas nyeri




·         Berikan tindakan relaksasi, contahnya pijatan d lingkungan yang baik untuk istirahat




·         agar Dapat mengetahui tingkat nyeri  yang dirasakan klien


·         Tindakan relaksasi dapat menurunkan tegangan otot dan meningkatkan koping efektif




Tidak ada komentar:

Posting Komentar